Sebagian besar masyarakat Suku Dayak menggantungkan hidup dari pertanian. Termasuk juga masyarakat Dayak Kanayatn merupakan masyarakat agraris. Sebagai masyarakat petani,
orang-orang Suku Dayak memiliki tradisi dalam hal pertanian. Dalam tradisi masyarakat Dayak Kanayatn ada beberapa tradisi yang berkaitan dengan
siklus pertanian selama satu tahun dikenal dengan Adat Bahuma Batahutn.
Menurut aturan adat, dikenal sejumlah upacara yang dilakukan
pada setiap tahapan pertanian. Tahapan pertanian ini dimulai bulan Juni sampai bulan April. Adapun urutan upacara yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Upacara Nabo’ Panyugu Nagari
Sebelum membuka lahan pertanian, pertama-tama seluruh penduduk
desa harus meminta ijin bersama-sama dengan cara berdoa di Panyugu
(tempat ibadat) Ketemenggungan. Agar doa ini terkabul, maka penduduk
harus bapantang (berpantang) selama tiga hari tiga malam.
Selama masa bapantang masyarakat tidak boleh bekerja, tidak makan
daging, pakis, rebung, cendawan, dan keladi. Mereka juga tidak boleh
mengeluarkan kata-kata kotor atau umpatan yang dapat menyebabkan
bapantang itu gagal.
Upacara Nabo’ Panyugu Tahutn
Upacara ini dilakukan untuk menetapkan lokasi pertanian dengan
sembahyang di Panyugu untuk memohon keselamatan dan berkah.
Hal ini dilakukan karena masyarakat Dayak Kanayatn parcaya bahwa
keberhasialan ritual dapat menentukan keberhasilan panen mereka tahun
itu.
Upacara Ngawah
Upacara ini dilakukan malam hari untuk mencari tempat yang cocok untuk
menanam padi. Pencarian lahan dilakukan dengan cara mengetahui
gajala-gejala alam seperti bunyi burung dan binatang yang dapat memberi
petunjuk kepada mereka dalam menentukan lahan pertanian. Adapun
binatang-binatang itu, seperti kunikng, kalingkoet, tampi’ seak,
ada’atn. Jika terdengar bunyi di atas bukit, berarti pertanian di
dataran tinggi akan berhasil (ladang), namun bila bunyi berasal dari
lembah, maka hal itu merupakan tanda pertanian ladang akan suram. Bila
ditemukan bangkai binatang di atas lahan pertanian, menandakan bahwa
lahan yang sudah ditentukan itu baik untuk ditanami.
Upacara Mandangar Rasi
Upacara ini dilakukan setelah upacara Ngawah. Upacara ini merupakan
tanda bunyi dari alam yang menyatakan baik atau buruk hasil pertanian
nanti (pesan rasi). Apabila pesan rasi dianggap baik, maka pekerjaan
diteruskan, sebaliknya bila pesan dari rasi tidak baik, maka pekerjaan
harus dihentikan.
Kegiatan Ngaratas
Ngaras merupakan kegiatan membuat lajur batas atas lahan pertanian
dengan lahan tetangga. Setelah itu barulah bahuma (menebas) hutan sampai
dengan selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan
agar tidak terjadi pengambilan batas tanah ladang orang lain.
Nabakng
Nabakng adalah upacara menebang pohon setelah kegiatan menebas. Setelah
itu dilakukan upacara baremah dengan membuat persembahan untuk Jubata,
agar diperbolehkan memakai lahan pertanian atau ladang yang akan
digarap. Bila ada pohon besar, maka pohon tersebut tidak ditebang,
melainkan hanya dikurangi cabang-cabangnya. Orang Dayak Kanayatn percaya
bahwa pohon besar biasanya dihinggapi burung tingkakok atau burung
berkat padi yang menjaga dan menimbang buah padi, sehingga pada waktu
panen nanti akan mendapat padi yang baik (berisi) dan melimpah.
Ngarangke Raba’
Ngarangke Raba’ adalah upacara mengeringkan tebasan dan tebangan dalam
beberapa waktu untuk kemudian dibakar. Sebelum dibakar dilakukan
ngaraki’ yaitu membersihkan daerah sekeliling yang akan dibakar untuk
pencegahan merambatnya api secara luas. Upacara ini dilakukan untuk
meminta berkah pada roh pelindung sebelum pekerjaan selanjutnya
dilaksanakan.
Membuat Solor atau Jaujur
Upacara ini adalah upacara pembuatan tanda batas antara ladang milik
sendiri dengan ladang tetangga agar jangan sampai terjadi kesalahpahaman
karena kesalahan pemakaian batas tanah garapan.
Upacara Batanam Padi
Upacara Batanam padi ini terdiri dari Upacara Ngalabuhan, yakni
upacara memulai tanam padi. Upacara Ngamala Lubakng Tugal. Upacara
ini dilakukan di sawah atau ladang secara intensif agar padi yang
ditanam dapat tumbuh dengan baik, berhasil dan tidak diganggu hama. Upacara Ngiliratn penyakit padi atau menghanyutkan padi-padi bekas
gigitan hama maupun binatang ke sungai dengan maksud membuang sial
(penyakit).
Upacara Ngabati
Upacara ini dilaksanakan di tengah ladang pada saat hendak panen padi
atau saat padi menguning. Upacara ini merupakan permohonan agar padi
yang telah menguning tersebut tidak diganggu hama tikus dan agar semua
padi berisi, sehingga bila panen tiba hasilnya banyak.
Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango merupakan upacara inti dari beberapa tahapan upacara
yang berkaitan dengan panen padi (pesta penen). Upacara ini merupakan
upacara syukuran padi yang dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn setiap
setahun sekali pada tanggal 27 April. Pelaksanaannya dilakukan secara
bergiliran setiap kecamatan di Kabupaten Landak. Upacara ini merupakan
upacara besar yang banyak melibatkan masyarakat dan kesenian di
dalamnya.
No comments:
Post a Comment