Naik Dango merupakan acara rutin tahunan yang diadakan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Nek Jubata (sang pencipta) atas panen padi yang diperoleh. Selain untuk
bersyukur, juga untuk memohon kepada Jubata agar hasil panen tahun
depan bisa lebih baik, serta masyarakat dihindarkan dari bencana dan
malapetaka.
Naik Dango didasari mitos asal mula padi menjadi popular di kalangan
orang Dayak Kalimantan Barat, yakni cerita “Ne Baruankng Kulup” yaitu
Kakek Baruangkng Yang Kulup karena tidak sunat. Dalam gawai, selain
acara inti yakni nyangahathn (pembacaan mantra), juga ditampilkan
berbagai bentuk budaya tradisional seperti berbagai upacara adat,
permainan tradisional, dan berbagai bentuk kerajinan yang juga bernuansa
tradisional.
Gawai Dayak adalah nama lain upacara adat syukuran pascapanen di Pontianak. Hakikatnya sama dengan Naik Dango, atau Maka‘ Dio. “Tujuannya sendiri kurang labih sama, mengadakan pesta atau selamatan atas karunia yang diberikan oleh Jubata. Jadi, Gawai Dayak pada prinsipnya sama dengan Naik Dango. Keberadaan Gawai Dayak tidak lepas dari spirit kelompok urban asal Dayak.
Jika dihitung dari dilaksanakannya Malam Pergelaran Kesenian Dayak pertama kalinya, 30 Juni 1986, upacara adat Gawai Dayak telah bertahan lebih dari 10 tahun. Perlu diinformasikan juga bahwa sejak 1992, nama Gawai Dayak berubah menjadi Pekan Gawai Dayak, yang artinya Gawai Dayak dicanangkan untuk dilaksanakan selama sepekan.
2 comments:
h
Makasih ya google buat infonya karena google aku bisa lebih tau tentang adat istiadat kampung halaman aku di Pontianak Kalimantan barat 🙏🙏🙏
Post a Comment